BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan ini
bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan
atau pengalaman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya
proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan
lingkungannya.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu
saja dalam proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan adanya
belajar. Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori
belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka.
Era
globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori –
teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada
sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya
teori belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun teori belajar selalu bertolak
dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Dengan perkembangan psikologi dalam pendidikan, maka bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat.
Dengan perkembangan psikologi dalam pendidikan, maka bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat.
Dengan
bermunculnya teori – teri yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang
sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan
adanya teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan
tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat
kritikan–kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis
akan mengkaji salah satu teori belajar yang dikemukakan Erickson
dan Gardner, Piaget dan Vygotsky, dan Kontruktivisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tiori Pembelajaran Piaget dan Vygotsky
a)
Tiori
piaget
Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme,
bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu:
1)
Kematangan, sebagai hasil perkembangan
susunan syaraf
2) Pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya
3) Interaksi
social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan
lingkungan social, dan
4) Ekullibrasi,
yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia
selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
System yang
mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema
berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh
organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang
kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang
terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget
perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu:
a) periode
sensori motor ( 0 – 2 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan
anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal
obyek.
b) Periode
praoperasional (2-7 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai
hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.
c) Periode
operasional konkrit (7-11 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan
masalah secara logis.
d) Periode
operasi formal (11-15) tahun.
Periode
operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan
orang lain.
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah
hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat
menerima pandangan orang lain.
Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek
yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a)
Pendewasaaan/kematangan, merupakan
pengembanagn dari susunan syaraf.
b) Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan
stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c) Interaksi social, adalah pertukaran ide antara
individu dengan individu
d) Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja
untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social
Teori Piaget
membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat
hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual ini dapat
dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya
relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep
dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang
belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran.
Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap
lingkunga
b)
Tiori
Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa interaksi
sosial yaitu interaksi individu dengan orang lain merupakan faktor yang terpenting untuk mendorong dan memicu
perkembangan kognitif seseorang. Setiap siswa memiliki zona perkembangan
proksimal (zone of proximal development),
yaitu tingkat yang ditandai dengan kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal
tertentu secara independent, dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih
tinggi yang bisa dicapai oleh siswa tersebut jika ia mendapat bimbingan dari
seseorang yang lebih dewasa atau lebih kompeten.
Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak
berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum
matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky
membedakan antara aktual development dan potensial development pada anak.
Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah
petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori
Vygotsky, Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya.
Menurut Vygotsky, pembelajaran
berlangsung ketika siswa bekerja dalam zone
of proximal development sehingga ketika menyelesaikan tugas belajarnya
siswa tidak dapat sendiri. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi
umumnya muncul dalam percakapan/kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi itu terserap. Tugas guru menyediakan atau mengatur lingkungan
belajar siswa, dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa serta
memberi dukungan dinamis sehingga siswa bisa berkembang secara maksimal dalam
zona perkembangan proksimal masing-masing.
Teori
Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau
belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development),
yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah
dimilikinya. Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua
tahap yaitu:
·
tahap
pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan
·
tahap
berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses
internalisasi.
Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa
maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran
pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat
berkembang. Vygotsky mencari
pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana
fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar
Mengajar
Penerapan teori
belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Walaupun
anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif
mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti
anak-anak bekerja dalam Zone of proximal
developmnet dan guru menyediakan
scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.
2. Secara
khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga
berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara
kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan
tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh
teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang
agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak
lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu
sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain
dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
B. Teori pembelajaran Anak - Erickson dan Gardner
Pendidik perlu meneliti sejauh mana
kompetensi dasar usia tertentu, sekaligus mencoba meningkatkan kemampuannya
dengan tetap memperhatikan kondisi psikologi anak dan tanpa mematikan anak
untuk mencintai belajar.Pakar Psikologi Perkembangan Erikson memfokuskan pada
perkembangan psikososial sejak kecil hingga dewasa dalam delapan tahap. Setiap
orang akan melewati tahapan dan setiap tahapan akan mendapatkan pengalaman
positif dan negatif. Kepribadian yang sehat akan diperoleh apabila seseorang
dapat melewati krisis dalam tugas perkembangan dengan baik. Bagi anak usia
dini, autonomy v.s. doubt (1-3 tahun).Bayi memerlukan pengasuhan artikel yang
penuh cinta kasih sehingga ia merasa yang aman baginya. Ketidak konsistenan dan
penolakan pada masa bayi akan menimbulkan ketidak percayaan pada pengasuhnya
berlanjut pada orang lain dan lingkungan yang lebih luas.
Pada masa usia dini banyak hal yang
menarik dia sehingga akan menjadikan dia ingin selalu mencoba terkadang
berbahaya. Pada tahap ini orang dewasa harus memberikan dukungannya dan Erikson
mengingatkan pembatasan dan kritik yang berlebihan akan menyebabkan tumbuh rasa
ragu terh adap kemampuan dirinya. Penelitian tentang kecerdasan lebih jauh lagi
diungkapkan Gardner yang dikenal konsep kecerdasan Jamak atau Multiple
Intelegence (MI) ia mengidentifikasikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk
menemukan dan mencari pemecahan masalah serta membentuk suatu produk yang
mempunyai nilai dipandang dari budaya seseorang. Ketujuh kecerdasantersebut
adalah : Linguistik, logika, matematika, spasial, kinestetik, musik,
intrapersonal, interpersonal serta naturalis.
Setiap orang mempunyai berbagai
potensi tersebut dan masing-masing dapat dikembangkan ke tahap tertentu. Dalam
mendesain kurikulum konsep Piaget, Vigotsky, Erikson dan Gardner sangat
bermanfaat sebagai arahan dalam menyusun kurikulum artikel yang sesuai dengan
tahap perkembangan dan minat individu. Erikson menyoroti aspek psikososial yang
dialami masa anak-anak serta bagaimana pendidik dapat membantu anak melewati
masa tersebut untuk menjadi mandiri. Piaget dengan konsep tahapan perkembangan
berfikir memberikan pedoman Dalam menyusun pembelajaran yangsesuaiusia,
sementaraVigotsky mengemukakan tentang pentingnya interaksi sosial dalam
menstimulus berbagai aspek perkembangan.
Perkembangan Anak Usia Dini
- Perkembangan Moral
·
Mampu
merasakan kasih sayang, melalui rangkulan dan pelukan
·
Meniru
sikap, nilai dan perilaku orang tua
·
Menghargai
memberi dan menerima
·
Mencoba
memahami arti orang dan lingkungan disekitarnya
- Perkembangan Fisik
·
Pertumbuhan
fisik yang cukup pesat
·
Mengalami
perkembangan yang sangat pesat dalam prilaku motorik.
·
Energik
dan aktif
·
Membedakan
perabaan
·
Masih
memerlukan waktu tidur yang banyak
·
Tertarik
pada makanan
- Perkembangan Bahasa
·
Menyatakan
maksud dalam kalimat yang terdiri dari 4 sampai 10 kata
·
Mengetahui
dan meniru suara-suara
·
Mengerti
terhadap kalimat perintah
·
Mengajukan
pertanyaan
·
Menyebutkan
nama-nama benda dan fungsi
·
Memecahkan
masalah dengan berdialog
- Perkembangan Kognitif
·
Mengelompokkan
benda-benda yang sejenis
·
Mengemlompokkan
bentuk
·
Membedakan
rasa
·
Membedakan
bau
·
Membedakan
warna
·
Menyebutkan
dan mengenal bilangan (1 –10)
·
Rasa
inign tahu yang tinggi
·
Imajinatif
- Perkembangan Sosial dan Emosi
·
Mengenal
aturan
·
Orientasi
bermain
·
Egosentris
·
Belajar
tentang kerja sama dan berbagi
·
Belajar
ke kamar mandi sendiri (Toilet training)
·
Selalu
ingin mencoba sendiri
·
Menunjukkan
ekspresi emosi
·
Responsif
terhadap dorongan dan pujian
·
Mengembangkan
konsep diri
·
Belajar
menerima tanggung jawab pribadi dan kemandirian
- Perkembangan Seni
·
Mendengarkan
musik
·
Mengikuti
irama
·
Bernyanyi
·
Mencipatakan
irama
·
Menggambar
C.
Tiori Pembelajaran Kontruktivisme
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal
berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme adalah teori perkembangan mental
Piaget. Teori ini biasa disebut teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak
untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir
hingga dewasa.
Setiap tahap
perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri–ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Selanjutnya, Dahar (dikutip Hamzah
2006:4) menegaskan,Pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran siswa melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penerapan informasi baru dalam
pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena
adanya informasi baru. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses
mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru
atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,
melainkan melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif siswa bergantung pada
seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan
tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan. Tahap perkembangan
kognitif siswa dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan
siswa mengkonstruksi ilmu berbeda–beda berdasarkan kematangan intelektual siswa
(Dahar dikutip Hamzah 2006:4). Berkaitan dengan siswa dan lingkungan belajarnya
menurut pandangan konstruktivisme terbagi atas beberapa bagian yaitu :
·
siswa
tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
·
belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
·
pengetahuan
bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikontruksi personal
·
pembelajaran
melibatkan pengaturan situasi kelas
Tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan
kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental diantaranya:
a. perkembangan intelektual terjadi
melalui tahap–tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama.
Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan–urutan tersebut dan dengan
urutan yang sama,
b. tahap–tahap tersebut didefinisikan
sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan,
pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan
adanya tingkah laku intelektual. Dan,
c. gerak melalui tahap–tahap tersebut
dilengkapi oleh keseimbangan, proses pengembangan yang menguraikan tentang
interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan strukttur kognitif yang timbul (
akomodasi).
Adapun implikasi dari teori belajar
konstruktivisme dalam pendidikan siswa adalah sebagai berikut :
1) tujuan pendidikan menurut teori
belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau siswa yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
2) urikulum dirancang sedemikian rupa
sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah
seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari–hari. dan,
3) siswa diharapkan selalu aktif dan
dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi
sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi yang kondusif
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri siswa ( Poedjiadi, 1999:65)
BAB III
KESIMPULAN
Dengan beragamnya tiori
pembelajaran sangatlah membantu bagi para guru bagaiman cara mengarjar yang
sesuai untuk keadaan anak. Piaget telah mengemukakan bagai mana perkembangan
anak, mulai dari Menurut Piaget perkembangan kognitif
pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu:
a) periode
sensori motor ( 0 – 2 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan
anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal
obyek.
b) Periode
praoperasional (2-7 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai
hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.
c) Periode
operasional konkrit (7-11 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan
masalah secara logis.
d) Periode
operasi formal (11-15) tahun.
Periode
operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan
orang lain.
hal ini menjadi
pengetahuan yang penting kepada kita bagia mana mendidik anak dengan sesuai
umurnya dan kemampuanya.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Dahar Ranta Willis Pof. Dr.M.SC.. teori-teori belajar. Jakarta :
Erlangga1989
·
Valmband. (2008). Teori
Perkembangan Kognitif Vygotsky. http://valmband.multiply.com/.Diakses
tanggal 16 Februari 2009.
Munandar, S.C.U.,1995. Pengembangan Kreativitaas
Anak Berbakat. Rineka Cipta kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar