dicopy paste dari :http://datarental.blogspot.com/2008/04/teori-teori-dalam-psikologi-kepribadian.html
TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI KEPRIBADIAN.
- Pengertian psikologi kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona,
yang artinya 'topeng' yang biasa dipakai artis dalam theater. Para
artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya,
seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep
awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah
laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang
diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.[1]
Ada
beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai
sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di
dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang
berdekatan maknanya antara lain :
1. Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)
2. Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara ekspilit maupun implisit.
3. Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
4. Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
5. Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
6. Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih terbatas.
7. Habit (kebiasaan): respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Sampai
sekarang, masih belum ada batasan formal personality yang mendapat
pengakuan atau kesepakatan luas dilingkungan ahli kepribadian.
Masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri sesuai
dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang
mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)
2. Kepribadian
adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha
mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan
memperoleh pengalaman (Stern)
3. Kepribadian
adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang
menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)
4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang (Guilford)
5. Kepribadian
adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang
yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi
(Pervin)
6. Kepribadian
adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang
menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir,
merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak
dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan
tekanan biologic saat itu (Mandy atau Burt)
7. Kepribadian
adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai
mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan
fungsional (Murray)
8. Kepribadian
adalah pola khas dari fikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu
dan situasi (Phares)
Jelas,
masing-masing definisi mencoba menonjolkan aspek yang berbeda-beda, dan
disusun untuk menjawab tantangan permasalahan yang berbeda. Lebih
menguntungkan memahami beberapa teori dan memilih teori yang tepat untuk
diterapkan pada masalah yang tepat, disamping tetap memakai teori-teori
yang lain sebagai pembanding sehingga keputusan profesional yang
diambil seorang psikologi dapat lebih dipertanggung jawabkan. Namun
sesungguhnya dari berbagai definisi itu, ada lima persamaan yang menjadi
ciri bahwa definisi itu adalah definisi kepribadian, sebagai berikut :[2]
1. Kepribadian
bersifat umum; Kepribadian menunjuk kepada sifat umum
seseorang-fikiran, kegiatan, dan perasaan- yang berpengaruh terhadap
keseluruhan tingkah lakunya.
2. Kepribadian
bersifat khas: Kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu
yang membedakan dia dengan orang lain, semacam tanda tangan atau sidik
jari psikologik, bagaimana individu berbeda dengan yang lain.
3. Kepribadian
berjangka lama: Kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat individu
yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat. Kalaku terjadi perubahan
biasanya bersifat bertahap atau akibat merespon suatu kejadian yang
luar biasa.
4. Kepribadian
bersifat kesatuan: Kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai
unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik yang membentuk
suatu kesatuan.
5. Kepribadian
bisa berfungsi baik atau buruk: Kepribadian adalah cara bagaimana orang
berada di dunia. Apakah dia tampil dalam tampilan yang baik,
kepribadiannya sehat dan kuat? Atau tampil sebagai burung yang lumpuh?
Yang berarti kepribadiannya menyimpang atau lemah? Ciri kepribadian
sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa orang senang dan
mengapa susah, berhasil atau gagal, berfungsi penuh atau berfungsi
sekedarnya.
- Beberapa teori dalam psikologi kepribadian
1) Psikoanalisis Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar
adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung,
ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki.
Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud
dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan 'kenangan yang sudah tersedia' (available memory),
yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar,
kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi
dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind).
Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam
bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang
masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan
atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.[3]
Id (Is [Latin], atau es [Jerman]) Id
adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego
dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang
diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi
dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak
pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik
untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan
sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle),
yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi
Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat energi
yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang
mendambakan kepuasan. pleasure principle diproses dengan du acara, tindak refleks (refllex actions) dan proses primer (primary process).
Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti
mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang sederhana dan
biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi
membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks,
seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau punting ibunya.
Id
hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu
dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu
membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi harus
dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan
kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral.
Alasan ini lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
The Ego (Das Ich [Jerman]), ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas; sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle);
usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya
tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan obyek yang
nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari
kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi
mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan
sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian
berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral
dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego
sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak
memiliki enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.
The Superego (Das Ueber Ich[Jerman]), adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle)
sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego.
Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji
sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran.
Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar
(sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak
realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistic mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal.
Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai
orang tua atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang
diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun
tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua,
akan diterima menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa
saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan
dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego
idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses
pengembangan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar
salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah menjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.
Superego
bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan
kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.
Paling tidak ada 3 fungsi dari superego; (1) mendorong ego menggantikan
tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah
impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan
standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.[4]
Perkembangan Kepribadian
Freud
adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal-awal
dalam pembetukan karakter seseorang. Freud yakin dasar kepribadian sudah
terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5
tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar
tadi. Tehnik psikoanalisis mengeksplorasi jiwa pasien antara lain dengan
mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanak-kanak.
Freud
membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap
infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital
(>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam pembentukan
kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal, fase
falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan
seks, yang terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini
disebut juga tahap seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti
perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian
tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian nama
fase-fase perkembangan infantile sesuai dengan bagian
tubuh-daerah arogan-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Tahap
perkembangan psikoseksual itu adalah :[5]
Þ Fase Oral
berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada
mulut, dimana aktifitas yang paling utama adalah menghisap dan
menggigit.
Þ Tahap Anal
yang berlangsung dari usia 18 bulan sampai 3-4 tahun. Titik kenikmatan
di tahap ini adalah anus. Memegang dan melepaskan sesuatu adalah
aktifitas yang paling dinikmati.
Þ Tahap Phallic
berlangsung antara usia 3 sampai 5, 6 atau 7 tahun. Titik kenikmatan di
tahap ini adalah alat kelamin, sementara aktivitas paling nikmatnya
adalah masturbasi.
Þ Tahap Laten
berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar 12
tahun ). Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan
seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar
Þ Tahap Genital
dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas
terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan
hubungan seksual. Mastrubasi, seks, oral, homo seksual dan
kecenderungan-kecenderungan seksual yang kita anggap biasa saat ini,
tidak dianggap Freud sebagai seksualitas yang normal.
2) Psikologi Individual (ALFRED ADLER 1870-1937)
Struktur Kepribadian
Manusia
adalah mahluk sosial. Bahwa manusia merupakan suatu keseluruhan yang
tidak dapat terbagi-bagi, tampaknya sudah jelas bagi kita. Hal ini
merupakan arti pertama dari ucapan "manusia adalah mahluk individual ".
Mahluk individual berarti mahluk yang tidak dapat dibagi-bagi (in-dividere).
Aristoteles
seakan-akan berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari
beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja sendiri, seperti
kemampuan vegetatif: makan, berkembang biak; kemampuan sensitif: bergerak mengamati-amati, bernafsu, dan berperasaan; berkemampuan intelektif: berkemampuan dan berkecerdasan.[6]
Segi
utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara
hakiki merupakan mahluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan
pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
biologisnya, yaitu makan, minuman, dan lain-lain.
Manusia,
selain mahluk individual yang sebenarnya tidak perlu lagi dibuktikan
kebenarannya, sekaligus juga merupakan mahluk sosial. Hal ini pun
sebenarnya tidak perlu dibuktikan. Disamping itu manusia merupakan
mahluk yang bertuhanan. Hal terakhir juga tidak perlu dibuktikan lagi,
sebab bagi manusia terutama Indonesia yang sudah dewasa dan sadar akan
dirinya sudah jelas sulit menolak adanya kepercayaan terhadap Tuhan,
sebagai segi hakiki dalam perikehidupan manusia dan segi khas bagi
manusia pada umumnya.
Adler
yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk
bergerak atau berjuang menjadi superioritas atau menjadi sukses.
Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi
pribadi superior, dan individu yang sehat termotivasi untuk mensukseskan
umat manusia.
Pokok-Pokok Teori Adler
1. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler
memberi tekanan kepada pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu
individualitas, kebetulan serta sifat-sifat pribadi manusia. Menurut
Adler tiap orang adalah suatu kongfigurasi motif-motif, sifat-sifat,
serta nilai-nilai yang khas; tiap tindak yang dilakukan oleh seseorang
membawakan corak yang khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.
2. Pandangan Teleologis: Finalisme Semu
Vaihinger
mengemukakan, bahwa setiap manusia hidup dengan berbagai macam
cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, yang tidak ada
buktinya atau pasangannya yang realitas.
3. Dua Dorongan Pokok
Di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu :
a) Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada masyarakat; dan
b) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri.
4. Rasa Rendah Diri dan Kompensasi
Adler
berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidak
normalan; melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan
dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu
berlebihan sehingga manifestasinya juga tidak normal, misalnya timbulnya
kompleks rendah diri atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan
normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong kearah kemajuan atau
kesempurnaan (superior).
5. Dorongan Kemasyarakatan
Dorongan
kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir; pada dasarnya
manusia adalh mahluk sosial. Namun sebagaimana lain-lain kemungkinan
bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak nampak secara
spontan, melainkan harus dibimbing atau dilatih.
Gambaran
tentang manusia sempurna hidup dalam masyarakat sempurna menggantikan
gambaran manusia kuat, agresif dan menguasai serta memeras masyarakat.
"Dorongan untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian" ( Adler, 1946, p. 145.)
6. Gaya Hidup
Gaya
hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah
laku seseorang; inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang.
Gaya
hidup seseorang itu telah terbentuk antara umur tiga sampai lima tahun,
dan selanjutnya segala pengalaman dihadapi serta diasimilasikan sesuai
dengan gaya hidup yang khas itu.
7. Diri yang Kreatif
Diri
yang kreatifitas adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab
pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan soal ini ialah
karena orang tidak dapat menyaksikan secara langsung akan tetapi hanya
dapat menyaksikan lewat manifestasinya.[7]
Mengatasi Inferioritas dan Menjadi Superioritas:
Dorongan Maju.[8]
Bagi
Adler, kehidupan manusia dimotivasi oleh atau dorongan utama-dorongan
untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah
laku ditentukan utamanya oleh pandangan mengenai masa depan, tujuan, dan
harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior, dan ditarik keinginan
menjadi superior, maka orang mencoba untuk hidup sesempurna mungkin.
Inferiorta
bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi
tugas yang harus diselesaikan. Bukan rendah diri terhadap orang lain
dalam pengertian yang umum, walakupun ada unsur membandingkan kemampuan
khusus diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan
berpengalaman. Superiorita, pengertiannya mirip dengan trandensi sebagai
awal realisasi diri dari Jung, atau aktualisasi dari Horney dan Maslow.
Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalahkan
orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus
berusaha menjadi lebih baik-menjadi semakin dekat dengan tujuan final.
Perasaan
inferioritas ada pada semua orang, karena manusia mulai hidup sebagai
mahluk kecil dan lemah. Sepanjang hidup, perasaan iri terus muncul
ketika orang menghadapi tugas baru dan belum dikenal yang harus
diselesaikan.
Banyak
orang yang berjuang menjadi superioritas dengan tidak memperhatikan
orang lain. Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya dimotivasi
oleh perasaan diri inferior yang berlebihan. Pembunuh, pencuri, pemain
porno adalah contoh ekstrim yang berjuang hanya untuk mencapai
keuntungan pribadi. Namun pada umumnya perbuatan atau perjuangan menjadi
superior sukar dibedakan, mana yang motivasinya untuk keuntungan
pribadi dan mana yang motivasinya minat sosial. Orang yang secara
psikologi sehat, mampu meninggalkan perjuangan menguntungkan diri
sendiri menjadi perjuangan yang termotivasi oleh minat sosial,
perjuangan untuk menyukseskan nilai-nilai kemanusiaan. Orang ini
membantu orang lain tanpa mengharap imbalan, melihat orang lain bukan
sebagai saingannya akan tetapi sebagai rekan yang siap bekerjasama demi
kepentingan sosial.
Kesatuan (Unity) Kepribadian
Adler
memilih psikologi individu (individual psychology) dengan harapan dapat
menekankan keyakinannya bahwa setiap manusia itu unik dan tidak dapat
dipecah-pecahkan. Psikologi individual menekankan pentingnya unitas
kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan kesatu
tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan.
Gaya Hidup
Adler
juga dipengaruhi oleh Jan Smuts, filosofi dan negarawan Afrika Selatan.
Menurut Smuts, kalaku ingin memahami orang lain, kita harus memahami
dia dalam kesatuan yang utuh, bukan dalam bentuk yang terpisah-pisah,
dan yang lebih penting lagi, kita harus memahaminya sesuai dengan
konteks keadaan yang melatari orang tersebut, baik fisik maupun sosial.[9]
Kepentingan Sosial
Adler
menganggap kepekaan sosial ini bukan sekedar bawaan sejak lahir dan
bukan pula diperoleh hanya dengan cara dipelajari, melainkan gabungan
keduanya. Kepekaan sosial didasarkan pada sifat-sifat bawaan dan
dikembangkan lebih lanjut agar tetap bertahan.
Di
lain pihak, bagi Adler, tidak ada kesadaran sosial adalah sakit jiwa
yang sesungguhnya. Segala bentuk sakit jiwa-neurotik, psikotik, tindak
kriminal, narkoba, kenakalan remaja, bunuh diri, kemiskinan, prostitusi,
dan lain-lain sebagainya- adalah penyakit-penyakit yang lahir akibat
tidak adanya kesadaran sosial. Tujuan orang-orang yang mengidap penyakit
ini adalah superioritas personal, keberhasilan dan kemenangan hanya
berarti untuk mereka sendiri.[10]
3) Psikologi Behaviorisme (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990)
Struktur kepribadian
Menurut
Skinner, penyelidikan mengenai kepribadian hanya sah jika memenuhi
beberapa kriteria ilmiah. Umpamanya, ia tidak akan menerima gagasan
bahwa kepribadian (personality) atau diri (self) yang membimbing atau mengarahkan perilaku.
Bagi
Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola
yang khas dari kaitan antara tingkah organisme dan berbagai konsekuensi
yang diperkuatnya.
Selanjutnya,
Skinner menguraikan sejumlah tehnik yang digunakan untuk mengontrol
perilaku. Kemudian banyak diantaranya dipelajari oleh social-learning
theoritists yang tertarik dalam modeling dan modifikasi perilaku. Tehnik
tersebut adalah sebagai berikut (Wulansari & Sujatno, 1997).[11]
1. Pengekangan Fisik ( physical restraints )
2. Bantuan Fisik ( physical aids)
3. Mengubah Kondisi Stimulus (changing the stimulus conditions)
4. Manipulasi Kondisi Emosional (manipulating emotional conditions)
5. Melakukan Respons-respons Lain (performing alternative responses)
6. Menguatkan Diri Secara Positif (positive self-reinforcement).
7. Menghukum Diri Sendiri ( self punishment).
Selanjutnya Skinner membedakan perilaku atas :[12]
1. Perilaku yang alami (innate behavior), atau yang biasa disebut respondent behavior. Yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas.
2. Perilaku Operan (operant behavior),
yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak jelas atau
tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan organisme itu sendiri.
Bagi
Skinner, faktor motivational dalam tingkah laku bukan bagian elemen
struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa
berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. Konsep motivasi yang
menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan
fungsi dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab sebagainya.
Konsep itu secara sederhana dijelaskan melalui hubungan sekelompok
respon dengan sekelompok kejadian. Penjelasan mengenai motivasi ini juga
berlaku untuk emosi.
Dinamika Kepribadian
Kepribadian dan Belajar
Hakikat
teori skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki
tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Dia
yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah
laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara
yang paling efektif untuk mengubah dawn mengontrol tingkah laku adalah
dengan melakukan penguatan (reinforment), suatu strategi kegiatan
yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau
sebaliknya (berpeluang tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep
dasarnya sangat sederhana yakni semua tingkah laku dapat dikontrol.
Tingkah laku Kontrol Diri
Prinsip
dasar pendekatan skinner adalah : Tingkah laku disebabkan dan
dipengaruhi oleh variabel eksternal. Tidak ada dalam diri manusia, tidak
ada bentuk kegiatan eksternal, yang mempengaruhi tingkah laku.
Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam "self",
tetapi bagaimana self mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan
tingkah laku.[13]
Stimulan Aversif
Stimulasi aversif adalah lawan dari stimulant penguatan, sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan.
"Perilaku
yang diikuti oleh stimulant aversif akan memperkecil kemungkinan
diulanginya perilaku tersebut pada masa-masa selanjutnya."[14]
Definisi ini sekaligus menggambarkan bentuk pengkondisian yang dikenal dengan hukuman.
Kondisioning Klasik (Classical Conditioning)
Kondisioning
klasik, disebut juga kondisioning responden karena tingkah laku
dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat
refleksbawaan.
Kondisioning Operan (Operant Conditioning)
Reinforser
tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi
diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberi
reinsforment. Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah laku operan
(operant behavior).
Tingkah
laku responden adalah tingkah laku otomatis atau refleks, yang dalam
kondisioning klasik respon diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi
yang lain dengan situasi aslinya. Tingkah laku operan mungkin belum
pernah dimiliki individu, tetapi ketika orang melakukannya dia mendapat
hadiah. Respon operan itu mendapat reinforcement, sehingga berpeluang
untuk lebih sering terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung pada
tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel
dibanding kondisioning klasik.
B. F. Skinner dengan
pandangannya yang radikal, banyak salah dimengerti dan mendapat kritik
yang tidak proporsional. Betapapun orang harus mengakui bahwa teori
Behaviorisme paling berhasil dalam mendorong penelitian dibidang
psikologi dengan pendekatan teoritik lainnya. Berikut lima kritik
terpenting terhadap B. F. Skinner.
1. teori skinner tidak menghargai harkat manusia. Manusia bukan
mesin otomat yang diatur lingkungan semata. Manusia bukan robot, tetapi
organisme yang memiliki kesadaran untuk bertingkah laku dengan bebas
dan spontan.
2. gabungan pendekatan nomoterik dan idiografik dalam penelitian dan pengembangan teori banyak menimbulkan masalah metodologis.
3. pendekatan
skinner dalam terapi tingkah laku secara umum dikritik hanya mengobati
symptom dan mengabaikan penyebab internal mental dawn fisiologik.
4. generalisasi dari tingkah laku merpati mematok makanan menjadi tingkah laku manusia yang sangat kompleks, terlalu luas/ jauh.
DAFTAR PUSTAKA
§ Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang :UUM Press, 2007
§ Walgito Bimo. Dr. Prof. Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta : ANDI, 2003
§ Sobur Alex, M. Si. Drs. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia, 2003
§ Gerungan W.A. Psych. Dipl. Dr. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama, 2004
§ Boeree George. C. Dr. Personality Theories. Jogjakarta : PRISMASOPHIE, 2004
§ Suryabrata Sumadi. Ph.D., Ed.S., M.A., B.A., Drs. Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta : 1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar