KAITAN DOSA DAN BENCANA
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. وقال تعالي وهو أصدق القائلين:
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. وقال تعالي وهو أصدق القائلين:
يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. . أَمَّابَعْدُ؛
Ma’assyirol
muslimin, rahimakumullah
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur ke hairat Allah Subhannahu wa Ta'ala yang
telah menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang beriman, yang telah menunjuki
kita shiratal mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditempuh
orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, dari kalangan para nabi, shiddiqin,
syuhada’ dan shalihin.
Selanjutnya dari
atas mimbar ini, perkenankanlah khatib menyampaikan wasiat kepada
saudara-saudara sekalian dan kepada diri saya sendiri, marilah kita tingkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala selama sisa umur yang Allah
karuniakan kepada kita, dengan berusaha semaksimal mungkin menjauhi
larangan-laranganNya dan melaksanakan perintah-perintahNya dalam seluruh
aktivitas dan sisi kehidupan. Sungguh kita semua kelak akan menghadap Allah
sendiri-sendiri untuk mempertang-gungjawabkan seluruh aktivitas yang kita
lakukan. Pada hari itu, hari yang tidak diragukan lagi kedatangannya, yaitu
hari kiamat, tidak akan bermanfaat harta benda yang dikumpul-kumpulkan dan anak
yang dibangga-banggakan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati
yang salim, hati yang betul-betul bersih dari syirik sebagaimana firmanNya
dalam Surat Asy-Syu’aro ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(Yaitu) di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu’ara’: 88-89)
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah
Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali ini saya akan membahas tentang hubungan antara dosa dan bencana yang menimpa umat manusia. Sesungguhnya sebagaiman yang dijelaskan di dalam hadits Rasulullah Saw setiap bencana yang menimpa seorang baik itu yang terkcil seperti masuknya duri ke kaki atau yang terbesar seperti bencana alam bertujuan untuk menghapus dosanya dan mengangkat derajatnya jika ia itu seorang yang beriman. Dan merupakan azab jika ia adalah orang yang kafir. Jadi sangat jelas dilihat dari kesimpulan yang disarikan dari hadits tersebut sengat erat hubungan antara dosa dan bencana. Allah Maha Adil, Maha Penyayang, pemberianNya adalah keutamaanNya dan ujian, tidak memberiNya adalah memberi, hukumannnya adalah adil. Maksudnya ketika Allah memberi rezeki apapun jua itu berarti keutamaan dariNya sekaligus ujian kepada si hamba apakah ia mampu mensyukurinya atau tidak. Oleh sebab itu selayaknya janganlah si hamba mengira bahwa segala rezeki dan kelebihan yang ia peroleh hanya karena semata usahanya saja namun ia hendaknya menyadari bahwa itu adalah karunia Allah yang harus disukuri. Di kala sihamba meminta sesuatu dari Allah namun Allah tidak memberikan hajatnya maka hendaklah ia menyadari bahwa pada saat itu Allah telah memberikan yang terbaik baginya. Mengapa? Karena Allah berfirman: boleh jadi kamu menyukai sesuatu namun itu buruk bagimu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu namun itu baik bagimu Allah Maha Tahu dan kamu tidak mengetahui. Allah tidak mengabulkan hajatnya karena boleh jadi apa yang ia pinta berakibat buruk baginya. Selanjutnya hukumanNya adalah adil. Jadi apapun yang terjadi berupa bala dan bencana bukan karena kelaliman Allah namun itu semua balasan atas segala yang kita prasangka, yakini dan apa yang kita perbuat. Karena Allah Swt selamanya membalas dengan balasan yang setimpal atas perbuatan seorang. Maka solusi satu-satunya mencegah bencana yang datang adalah dengan betaubat kembali ke jalan Allah Swt bersyukur atas segala nikmatNya. Balasan itu bisa terjadi di dunia dan bisa jadi di akhirat namun lebih baik itu terjadi di dunia karena siksa di akhirat lebih sakit dan lebih pedih. sebagaimana juga yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali ini saya akan membahas tentang hubungan antara dosa dan bencana yang menimpa umat manusia. Sesungguhnya sebagaiman yang dijelaskan di dalam hadits Rasulullah Saw setiap bencana yang menimpa seorang baik itu yang terkcil seperti masuknya duri ke kaki atau yang terbesar seperti bencana alam bertujuan untuk menghapus dosanya dan mengangkat derajatnya jika ia itu seorang yang beriman. Dan merupakan azab jika ia adalah orang yang kafir. Jadi sangat jelas dilihat dari kesimpulan yang disarikan dari hadits tersebut sengat erat hubungan antara dosa dan bencana. Allah Maha Adil, Maha Penyayang, pemberianNya adalah keutamaanNya dan ujian, tidak memberiNya adalah memberi, hukumannnya adalah adil. Maksudnya ketika Allah memberi rezeki apapun jua itu berarti keutamaan dariNya sekaligus ujian kepada si hamba apakah ia mampu mensyukurinya atau tidak. Oleh sebab itu selayaknya janganlah si hamba mengira bahwa segala rezeki dan kelebihan yang ia peroleh hanya karena semata usahanya saja namun ia hendaknya menyadari bahwa itu adalah karunia Allah yang harus disukuri. Di kala sihamba meminta sesuatu dari Allah namun Allah tidak memberikan hajatnya maka hendaklah ia menyadari bahwa pada saat itu Allah telah memberikan yang terbaik baginya. Mengapa? Karena Allah berfirman: boleh jadi kamu menyukai sesuatu namun itu buruk bagimu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu namun itu baik bagimu Allah Maha Tahu dan kamu tidak mengetahui. Allah tidak mengabulkan hajatnya karena boleh jadi apa yang ia pinta berakibat buruk baginya. Selanjutnya hukumanNya adalah adil. Jadi apapun yang terjadi berupa bala dan bencana bukan karena kelaliman Allah namun itu semua balasan atas segala yang kita prasangka, yakini dan apa yang kita perbuat. Karena Allah Swt selamanya membalas dengan balasan yang setimpal atas perbuatan seorang. Maka solusi satu-satunya mencegah bencana yang datang adalah dengan betaubat kembali ke jalan Allah Swt bersyukur atas segala nikmatNya. Balasan itu bisa terjadi di dunia dan bisa jadi di akhirat namun lebih baik itu terjadi di dunia karena siksa di akhirat lebih sakit dan lebih pedih. sebagaimana juga yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Allah juga
berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 112:
وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً
قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا
رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ
Artinya: “Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat”
Seorang ulama’
yang bernama Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberi ulasan terhadap kedua ayat
tersebut dengan mengatakan: “Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada
kita bahwa Allah itu Maha Adil dan Maha Bijaksana, Ia tidak akan menurunkan
bala’ dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat dan pelanggaran
mereka terhadap perintah-perintah Allah” (Jalan Golongan Yang Selamat,
1998:149)
Kebanyakan orang
memandang berbagai macam musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika
berpikir yang bersifat rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi. Misalnya
terjadinya becana alam berupa letusan gunung berapi, banjir, gempa bumi,
kekeringan, kelaparan dan lain-lain, dianggap sebagai fenomena kejadian alam
yang bisa dijelaskan secara rasional sebab-sebabnya. Demikian dengan krisis
yang berkepanjangan, yang menimbulkan berbagai macam dampak negatif dalam
kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat tidak merasakan kehidupan aman,
tenteram dan sejahtera, hanya dilihat dari sudut pandang logika rasional
manusia. Sehingga, solusi-solusi yang diberikan tidak mengarah pada
penghilangan sebab-sebab utama yang bersifat transendental yaitu kemaksiatan
umat manusia kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala Sang Pencipta Jagat Raya, yang
ditanganNyalah seluruh kebaikan dan kepadaNya lah dikembalikan segala urusan.
Bila umat manusia
masih terus menerus menentang perintah-perintah Allah, melanggar
larangan-laranganNya, maka bencana demi bencana, serta krisis demi krisis akan
datang silih berganti sehingga mereka betul-betul bertaubat kepada Allah.
Ikhwani fid-din
rahimakumullah
Marilah kita lihat keadaan di sekitar kita. Berbagai macam praktek kemaksiatan terjadi secara terbuka dan merata di tengah-tengah masyarakat. Perjudian, penyimpangan sexual, pembunuhan, perampokan, pencurian, penipuan, prostitusi demikian juga, narkoba merajalela, pergaulan bebas semakin menjadi-jadi, minuman keras menjadi pemandangan sehari-hari, korupsi dan manipulasi telah menjadi tradisi serta pembunuhan tanpa alasan yang benar telah menjadi berita setiap hari.
Marilah kita lihat keadaan di sekitar kita. Berbagai macam praktek kemaksiatan terjadi secara terbuka dan merata di tengah-tengah masyarakat. Perjudian, penyimpangan sexual, pembunuhan, perampokan, pencurian, penipuan, prostitusi demikian juga, narkoba merajalela, pergaulan bebas semakin menjadi-jadi, minuman keras menjadi pemandangan sehari-hari, korupsi dan manipulasi telah menjadi tradisi serta pembunuhan tanpa alasan yang benar telah menjadi berita setiap hari.
Pertanyaannya
sekarang, mengapa segala kemungkaran ini bisa merajalela di tengah-tengah
masyarakat yang mayoritas muslim ini? Jawabannya adalah tidak ditegakkannya
kewajiban yang agung dari Allah Subhannahu wa Ta'ala yaitu amar ma’ruf nahi
mungkar, secara serius baik oleh individu maupun pemerintah sebagai institusi
yang paling bertanggung jawab dan paling mampu untuk memberantas segala macam
kemungkaran secara efektif dan efisien. Karena pemerintah memiliki kekuatan dan
otoritas untuk melakukan, meskipun kewajiban mengingkari kemungkaran itu merupakan
kewajiban setiap individu muslim sebagaimana sabda Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.
Artinya:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan
tangannya, bila tidak mampu ubahlah dengan lisannya, bila tidak mampu ubahlah
dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman” (Hadits shahih riwayat
Muslim)
Namun harus
diketahui bahwa memberantas kemungkaran yang sudah merajalela tidak hanya
dilakukan oleh individu-individu, karena kurang efektif dan kadang-kadang
beresiko tinggi. Sehingga kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar itu bisa dilakukan
secara sempurna dan efektif oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Usman bin Affan Radhiallaahu anhu , khalifah umat Islam yang ketiga:
“Sesungguhnya Allah mencegah dengan sulthan (kekuasaan) apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Qur’an”
“Sesungguhnya Allah mencegah dengan sulthan (kekuasaan) apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Qur’an”
Disamping itu
amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu tugas utama sebuah pemerintahan,
sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
“Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat adalah kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa negara. Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti jihad, menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana. Semua ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As Siyasah Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
“Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat adalah kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa negara. Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti jihad, menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana. Semua ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As Siyasah Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
Apabila kewajiban
amar ma’ruf nahi mungkar itu tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka
sebagai akibatnya Allah akan menimpakan adzab secara merata baik kepada
orang-orang yang melakukan kemungkaran ataupun tidak. Hal ini ditegaskan oleh
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, dalam sebuah haditst Hasan riwayat
Tarmidzi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ
لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ
لَيُوْشَكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ
فَلاَ يُسْتَجَابَ لَكُمْ.
Artinya: “Demi
Allah yang diriku berada di tanganNya! Hendaklah kalian memerintahkan kepada
yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar atau Allah akan menurunkan siksa
kepada kalian, lalu kalian berdo’a namun tidak dikabulkan”.
Demikian pula
Allah menegaskan di dalam QS. Al-Maidah ayat: 78-79, bahwa salah satu sebab
dilaknatnya suatu bangsa adalah bila bangsa tersebut meninggalkan kewajiban
saling melarang perbuatan mungkar yang muncul di kalangan mereka.
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ
مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ كَانُواْ لاَ
يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ
يَفْعَلُونَ
Artinya: “Telah
dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka
satu sama lain tidak melarang perbuatan mungkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka perbuat”
Yang dimaksud
laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dengan
demikian supaya bangsa ini bisa keluar dan terhindar dari berbagai krisis dalam
kehidupan di segala bidang dan selamat dari beragam musibah dan bencana,
hendaklah seluruh kaum muslimin dan para pemimpin atau penguasa mereka,
bertaubat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan memerintahkan kepada yang
ma’ruf dan melarang perbuatan-perbuatan mungkar sesuai dengan kemampuan dan
kapasitas masing-masing, mentaati Allah Ta’ala dan menjauhi seluruh
larangan-larangan dalam seluruh aspek kehidupan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ خلق السموات والأرض وجعل الظلمات والنور وافاض على عباده
الصالحين السرور وابعد عنهم الثبور . أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ
بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا
مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فيا عباد الله أوصيكم و نفسي بتقوي الله و أحثكم علي
طاعته ورسوله لعلكم تفلحون وقال تعالي وهو أصدق القائلين:
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
وقال تعالي وهو
أصدق القائلين:
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ
صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات الأحياء
منهم الاموات إنك أنت سميع قريب مجيب الدعوات ويا قاضي الحاجات
رَبَّنَا
لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا
أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ،
وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى
عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ
اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَ
لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ
يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عباد الله إن الله يأمر بالعدل و الاحسان و إيتاء ذي
القربي وينهي عن الفحشاء و المنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم
يذكركم واشكرواه علي نعمه يزدكم ولذكر الله أكبر أقيموا الصلاة
Tidak ada komentar:
Posting Komentar